Minggu, 03 Oktober 2010

3 Idiots - Review



-All is well-

Film karya Rajkumar Hirani diawali dengan adegan ketika Farhan (Madhavan) dan Raju (Sharman Joshi) memulai perjalanan untuk mencari Ranchoddas Chanchad (Aamir Khan) yang meninggalkan kampus tiba-tiba setelah prosesi pelulusan.

3 serangkai itu adalah teman sekamar ketika mereka menjadi mahasiswa di sebuah sekolah teknik di India. Setelah semuanya lulus dan mencapai cita-cita masing-masing, Rancho menghilang. Misteri terus berdatangan hingga pada suatu hari Farhan, Raju, dan Silencer (Omi Vaidya) mencari Rancho ke sebuah rumah dimana ia menemukan Ranchoddas Chancad yang berbeda. Ternyata, sebenarnya Rancho teman mereka bernama Phunsunkh Wangdu yang hanya berpura-pura 'menjadi' Ranchoddas hanya untuk bisa belajar dan meraih gelar brilian-yang bukan untuk dirinya-untuk Rancho yang sebenarnya. Film Bollywood yang satu ini berbeda dibanding film Bollywood pada umumnya. Film berdurasi hampir 3 jam ini memiliki tema yang bermacam-macam di dalamnya. Dari segi teknis, film ini mungkin agak kurang di lighting. Ada bagian dimana gambar cukup gelap. Meski begitu ada yang paling saya suka yaitu pengambilan gambar dan music soundnya. Setiap gambar yang digabungkan dengan soundnya tampak lebih hidup, seakan-akan kita masuk ke dalam film itu. Ketika adegan sedih pun, saat Raju kritis setelah mencoba bunuh diri maupun ketika Farhan meminta ayahnya mengizinkannya menjadi fotografer, sound yang dimunculkan berhasil membuat saya dan beberapa orang menangis.

Film ini juga banyak mengajarkan kita tentang kesetiaan, persahabatan, percintaan, pengorbanan, dan kerja keras. Tentu saja yang paling menonjol adalah persahabatan. Di saat suka maupun duka mereka tetap menyemangati teman dan selalu ada di sampingnya. Selain itu juga ada kesetiaan cinta antara Rancho dan Pia (Kareena Kapoor) sehingga pada akhirnya mereka bisa bersama. Dan terakhir adalah kerja keras. Kerja keras Rancho/Phunsunkh Wangdu menghasilkan kesuksesan yang sangat besar. Begitu juga dengan teman-temannya. Intinya film Bollywood ini sudah diakui banyak orang akan keindahan ceritanya yang unik. Di samping itu film ini juga berhasil memenangkan Filmfare Award kategori Best Film. Saya sangat salut kepada Rajkumar Hirani, Abhjjit Joshi, dan Vidhu Vinod Chopra yang telah menulis film ini dan merangkainya menjadi film yang menarik untuk ditonton.


Rabu, 15 September 2010

Tuhan Maha Cinta - Nidji

Lagu ini adalah soundtrack film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo

Tahukah Tuhanmu selalu hidup di dalam hatimu
Cinta dariNya menjawab semua masalahmu
Dia mendengar melihat dan selalu berfirman
Perangi neraka di dalam hatimu
Damaikan jiwamu dengan cinta Dia
Memberi yang ikhlas kepada yang butuh
Bersyukurlah terus tanpa kenal waktu

Serahkan, ikhlaskan, pasrahkanlah hanya kepadaNya
CintaNya adalah jawabanNya karena Tuhanlah Maha Cinta
Karena Tuhanlah Maha Cinta

Tahukah Tuhanmu selalu hidup di dalam hatimu
Cinta dariNya menjawab semua masalahmu
Dia mendengar melihat dan selalu berfirman
Perangi neraka di dalam hatimu
Damaikan jiwamu dengan cinta Dia
Memberi yang ikhlas kepada yang butuh
Bersyukurlah terus tanpa kenal waktu

* Tuhan, kau Maha Pengasih
Tuhan, kau Maha Penyayang

Serahkan, ikhlaskan, pasrahkanlah hanya kepadaNya
CintaNya adalah jawabanNya karena Tuhanlah Maha Cinta
Karena Tuhanlah Maha Cinta

Tuhan, kau lah Sang Pencerah...

Senin, 13 September 2010

Hot Fuzz - Review



Apa yang terjadi jika Anda berada dalam suatu desa berisikan orang-orang yang pikirannya berbeda dengan manusia pada umumnya?

Inilah yang dirasakan oleh Nicholas Angel (Simon Pegg), seorang polisi yang berdedikasi tinggi di London. Pengabdiannya sungguh maksimal sehingga teman-temannya tidak suka karena membuat diri mereka seperti buruk dalam bekerja. Oleh karena itu, dipindahkan lah dia ke sebuah Desa Sandford. Ia kembali bekerja dengan maksimal di sana dibantu oleh rekannya Danny Butterman (Nick Frost). Sampai pada suatu hari kisah kematian berturut-turut menghiasi kehidupan di Sandford dikarenakan pemikiran dari 16 orang anggota Neighbourhood Watch Alliance (NWA), sebuah organisasi kecil bermaksud baik yang kemudian ditemukan sebagai pembunuh kejam : 'Desa kami adalah desa terbaik, yang dapat merusak citra itu harus dibunuh'.

Film action-humor karya Edgar Wright ini original dan menghibur. Cerita yang dibahas tidak pasaran. Penonton tidak akan mau berhenti melihat film ini karena akan sangat penasaran. Dari segi teknis, yang paling menarik adalah visual efek yang diimbangi dengan editingnya, digunakan dengan cemerlang saat adegan tembak-tembakan dan adegan pembunuhan yang bisa dibilang agak sadis. Selain itu, pengambilan gambarnya juga bagus. Ketika adegan berlari, gambar tidak goyang. Belum lagi ketika kejar-kejaran antara Simon Skinner (Timothy Dalton) dengan Sersan Angel di akhir film. Tentu tidak mudah mengambil gambarnya.

Sebenarnya film ini kurang logis. Ceritanya jarang sekali ditemukan di kehidupan kita sehari-hari. Tapi pesan moral yang tersirat banyak sekali. Seperti bekerjalah dengan baik meskipun orang lain membenci, yakinlah bahwa nantinya orang itu akan tahu mana yang benar dan salah. Peran Danny mencerminkan pesan tersebut. Ia tahu ayahnya salah dan dia tidak mendukungnya sekalipun itu ayahnya. Kerjasama dalam kehidupan juga penting sekali, karena manusia memang tak bisa lepas dari bantuan orang lain.

Tokoh-tokoh yang ditampilkan sudah banyak terlihat di layar kaca Inggris. Acting-nya bagus-bagus. Dengan kombinasi demikian, film yang indah dirancangnya ini berhasil membuat saya kagum. Mungkin bukan hanya saya, buktinya film yang ditulis sang sutradara dan tokoh utamanya ini memenangkan National Movie Awards di United Kingdom.

Senin, 09 Agustus 2010

Vantage Point - Review


Mengambil tema terorisme global, Vantage Point, film yang disutradarai oleh Pete Travis ini, dikemas dalam potongan-potongan scene yang menarik sekaligus menegangkan.


Bermula ketika produser Rex Brooks (Sigourney Weaver) dari GNN (Global News Network), meliput berita kedatangan presiden Amerika ke Spanyol melalui televisi. Dimana Presiden Henry Ashton (William Hurt) secara tiba-tiba tertembak ketika sedang menyapa publik sebelum berpidato di hadapan publik yang padat memenuhi Plaza Mayor, diikuti dengan ledakan bom beberapa menit kemudian. Apa yang terjadi?


Film ini sebenarnya hanya menceritakan suatu peristiwa tragis yang terjadi dalam waktu 23 menit di kota Salamanca, Spanyol. Namun film ini dibuat menarik dengan mengulang-ulang kembali kisah dalam 23 menit itu dengan 5 sudut pandang tokoh yang berbeda-beda. Sesuai dengan judulnya, Vantage Point, yang berarti titik pandang. Setiap sudut pandang tokoh baru, ditemukan lah fakta-fakta baru, sampai diketahui tentang apa yang benar terjadi dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Bingung? Ya. Tapi, unik bukan?. Dengan ide seperti ini, penonton dituntut untuk berpikir dan mengingat lagi apa yang telah terjadi.


Untuk membuat film yang unik seperti ini tentunya dibutuhkan kerjasama tim produksi yang baik. Peranan kameraman, penata musik, dan editor juga besar di film ini. Pengambilan gambar di film ini bagus. Cahaya cukup dan bisa mewakili apa maksud dari cerita. Dari segi sound juga demikian. Sound effectnya semakin menghidupkan cerita dari film. Mungkin tanpa adanya efek-efek suara yang sesuai dengan tiap shot, film ini akan menjadi biasa saja. Dan yang tak terlupakan adalah peranan editor. Saya berani mengacungkan jempol untuk Stuart Baird Sigvaldi, J. Kárason, dan Valdís Óskarsdóttir. Berkat mereka, potongan-potongan gambar itu dapat tersusun rapi dan menarik untuk ditonton.


Campuran dari pemain yang sudah terkenal dengan pemain baru ternyata juga bisa menghasilkan film yang bagus. Sebut saja pemeran Thomas Barnes (Dennis Quaid) dan Kent Taylor (Matthew Fox). Mereka sudah terkenal dalam membintangi film-film thriller. Begitu juga dengan Forest Whitaker, Sigourney Weaver dan William Hurt yang pernah memenangkan Academy Award kategori Best Actor. Selebihnya wajah-wajah baru ada yang masih kaku tapi ada juga yang sudah bagus dalam ber-acting. Diantara keunggulan-keunggulan cerita yang ditulis oleh Barry L. Levy ini, masih ada beberapa kekurangannya. Dari segi premis, pesan dari film ini kurang tersampaikan. Ada juga bagian-bagian yang tidak jelas maksudnya karena hanya ditampilkan sekilas. Di bagian ending-nya pun terlalu datar untuk film action-thriller. Namun, secara keseluruhan, segi estetisnya tidak hilang. Pete Travis dkk mampu membuat indah film ini. Vantage Point telah berhasil menarik kita sebagai penonton ke suasana dalam film. Tak diragukan bila film milik produser Neal H. Moritz ini menang di kategori Best Thriller pada tahun 2008 lalu.

Jumat, 25 Desember 2009

if you dream a thing more than once, it's sure to be come true - sleeping beauty

Senin, 21 Desember 2009

PRACTICE, then you CAN!

Basketball - Bulcup XI

hello dear... long time no see ;)

hey, have you heard about Bulcup XI? yeaa it's over on this last Friday
anyway, at bulcup this time i feel so lucky, hihi... sorry maybe i can't tell you why here

for someone out there : see you next year... hope you'll do your best
it was so nice to see you, thanks for lighten up my days although just for a week
by the way, i saw your name in many article that i found in the internet
wow! you're a great player, congratulations! your family must be proud of you...
see ya ;)

thanks for reading